Pengertian Idul Fitri
Secara bahasa (harfiyah), Idul Fitri artinya kembali ke fitrah. Kata fitrah dari kata futhur yang artinya kembali makan pagi (sarapan).
Jadi, Idul Fitri sejatinya bermakna kembali sarapan, tidak seperti bulan Ramadhan yang harus berpuasa.
Ada juga yang memaknai Idul Fitri sebagai kembali ke fitrah, yakni asal kejadian manusia yang suci-bersih dari dosa, layaknya bayi baru lahir.
Pengertian demikian dikaitakan dengan hadits Nabi Saw dari sahabat Abu Hurairah. Ia berkata:
Secara bahasa (harfiyah), Idul Fitri artinya kembali ke fitrah. Kata fitrah dari kata futhur yang artinya kembali makan pagi (sarapan).
Jadi, Idul Fitri sejatinya bermakna kembali sarapan, tidak seperti bulan Ramadhan yang harus berpuasa.
Ada juga yang memaknai Idul Fitri sebagai kembali ke fitrah, yakni asal kejadian manusia yang suci-bersih dari dosa, layaknya bayi baru lahir.
Pengertian demikian dikaitakan dengan hadits Nabi Saw dari sahabat Abu Hurairah. Ia berkata:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا
وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sejarah Idul Fitri
Menurut Ensiklopedia Islam, Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran
untuk pertama kalinya dirayakan umat Islam selepas Perang Badar pada 17
Ramadhan Tahun ke-2 Hijiriyah.
Dalam pertempuran itu, umat Islam meraih kemenangan. Sebanyak 319 kaum Muslimin harus berhadapan dengan 1.000 tentara dari kaum kafir Quraisy.
Pada tahun itu, Rasulullah SAW dan para sahabat merayakan dua kemenangan, yakni keberhasilan mengalahkan pasukan kaum kafir Quraisy dalam Perang Badar dan menaklukkan hawa nafsu setelah sebulan berpuasa.
Dari sinilah lahirnya ungkapan "Minal 'Aidin wal Faizin" yang lengkapnya ungkapan doa kaum Muslim saat itu: Allahummaj 'alna minal 'aidin walfaizin -- Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang kembali (dari Perang Badar) dan mendapatkan kemenangan.
Dalam pertempuran itu, umat Islam meraih kemenangan. Sebanyak 319 kaum Muslimin harus berhadapan dengan 1.000 tentara dari kaum kafir Quraisy.
Pada tahun itu, Rasulullah SAW dan para sahabat merayakan dua kemenangan, yakni keberhasilan mengalahkan pasukan kaum kafir Quraisy dalam Perang Badar dan menaklukkan hawa nafsu setelah sebulan berpuasa.
Dari sinilah lahirnya ungkapan "Minal 'Aidin wal Faizin" yang lengkapnya ungkapan doa kaum Muslim saat itu: Allahummaj 'alna minal 'aidin walfaizin -- Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang kembali (dari Perang Badar) dan mendapatkan kemenangan.
Menurut sebuah riwayat, Nabi Saw dan para sahabat menunaikan Shalat Id pertama kali dalam kondisi luka-luka yang masih belum pulih akibat Perang Badar.
Rasulullah Saw pun dalam sebuah riwayat disebutkan, merayakan Hari Raya Idul Fitri pertama dalam kondisi letih. Sampai-sampai Nabi Saw bersandar kepada Bilal ra dan menyampaikan khotbah 'Id.
Dalam suasana Id, para sahabat saling bertemu dengan mengucapkan doa "Taqobbalallahu minna waminkum" yang artinya "Semoga Allah menerima ibadah kita semua".
Dari Jubair bin Nufair, ia
berkata, bahwa jika para sahabat Rasulullah Saw berjumpa dengan hari ‘id (Idul
Fithri atau Idul Adha), satu sama lain saling mengucapkan: “Taqobbalallahu minna wa minka (Semoga Allah
menerima amal kami dan amal kalian).”
Menurut Ibnu Katsir, pada Hari Raya Idul Fitri yang pertama, Rasulullah Saw pergi meninggalkan masjid menuju suatu tanah lapang dan menunaikan shalat 'Id di atas lapang itu.
Sejak itulah, Nabi Muhammad Saw dan para sahabat menunaikan shalat Id di lapangan terbuka, bukan di dalam masjid.
Menurut Ibnu Katsir, pada Hari Raya Idul Fitri yang pertama, Rasulullah Saw pergi meninggalkan masjid menuju suatu tanah lapang dan menunaikan shalat 'Id di atas lapang itu.
Sejak itulah, Nabi Muhammad Saw dan para sahabat menunaikan shalat Id di lapangan terbuka, bukan di dalam masjid.